Senin, 14 April 2014

Kajian Pranikah --> Semangat :-D

Di sela-sela screening CV yang tidak jarang membuat mata berat alias ngantuk bangeeeettt, saya mencoba mendengarkan radio MQ 102,7 FM Inspirasi Keluarga Indonesia dengan pembahasan Kajian Pranikah (udah nyangkut nikah-nikah gini jadi semangat gimana gitu yaa, haha). Sekedar info juga Kajian Pranikah ini dibahas setiap hari senin - jumat dari jam 10.00 sampe jam 11.30 kurang lebih.

Dari Kajian hari ini (gak full juga sih dengernya soalnya baru inget ada kajian jam 10.30-an, sepotong deh dengernya), tapi tapi tapiii ada beberapa hikmah yang saya tangkap dan coba dishare mudah-mudahan aja bermanfaat yaa.



Ternyataa, nikah itu . . . bukan sekedar menyatukan dua cinta, tetapi nikah menyatukan dua keluarga, menyatukan dua daerah bahkan menyatukan dua negara. Ketika kita memutuskan untuk menikah dengan pasangan kita, maka kita harus siap dengan segalanya (pribadinya, keluarganya dan segala hal tentang dirinya beserta perangkatnya) *padahal nikah juga belum, hehee.. tapi kan sambil belajar ceritanya.
Kemudian yang saya tangkap lagi dari pembahasan tersebut adalah di dalam memilih calon pasangan jangan hanya mencari yang ideal, tetapi carilah yang cocok dan bangun rumah tanga yang ideal bersamanya (waaahhh bagian ini nih saya jadi senyum-senyum sendiri dan tidak sabar ingin membangun rumah tangga yang ideal *Eehh . .).
Satu lagi yang saya tangkap bahwa dalam memilih calon pasangan itu jangan hanya menilai dari penampilannya saja (walaupun tidak bisa dipungkiri kalau penampilan menjadi salah satu kriteria dalam penilaian) tetapi alangkah lebih baiknya jika kenali lebih dalam lagi pribadinya seperti apa (betul toh betul toh?). Hehee . . .

Sekian Kajian Pranikah yang saya dengar dari radio MQ 102,7 FM hari ini, jadi bahan pelajaran juga buat diri sendiri (jadi gak sabar nunggu kajian besok, hehehe). Yuuu mari semangat screening lagi, semangat telpon kandidat lagi aahh. :-D

Rabu, 09 April 2014

Bertahan . . .


Tarrrraaaaaaaaaaaa . . . Ceritanya punya blog tapi gak pernah diisi dan ditinggal selama 1 tahun (Desember 2013 - April 2014 itu satu tahun kan? :-D), kamana hungkul atuuuhh?. Okaaayyy, kali ini saya mau cerita soal pekerjaan (lagi galau masalah kerjaan ceritanya, belum dapet kerja pengen kerja, sekarang udah dapet kerja masih aja galau dan pengen nyari yang lain *berharap kata galau tidak pernah ada jadinya, eh).

Akhir Januari kemarin, tepatnya 27 Januari 2014 saya diterima di sebuah perusahaan Konsultan SDM di Kota Kembang. Minggu pertama kerja saya belum merasa betah ataupun tidak betah (masih lempeng-lempeng aja gitu) karena masih penyesuaian kali yaa dan di tempat kerja masih training-training gitu dan masih bingung juga harus ngapain aja kerja dari jam 08.00 - 17.00 (maklum pengalaman pertama kerja di perusahaan). Minggu kedua masih dengan perasaan yang sama (tidak merasa betah ataupun tidak betah), aneh sih kenapa masih merasa datar-datar saja. Tapi saat memasuki minggu keempat alias satu bulan, terasa berat banget tiap mau berangkat kerja dan bawaannya ingin bolos saja, dan mulai merasa tidak betah (padahal di tempat kerja tidak ada masalah, teman-temannya juga cepat akrab).

Satu atau dua hari dalam seminggu harus aja merasa malas dan sangat berat untuk berangkat kerja, bahkan kadang sampai harus nangis dulu (*padahal yang gencar nyari kerja saya, yang ingin dapat penghasilan sendiri dan tidak minta lagi ke orangtua ya saya, tapi yang nagis-nangis karena tidak mau berangkat kerja juga saya) :-D. Tapi, betapa beruntungnya saya karena dikelilingi oleh orang-orang yang begitu sayang, begitu faham dengan kegordatan saya (baca:goreng adat) dan tak pernah lelah untuk terus menguatkan saya.

Mamah, Adeung, Apa yang selalu lembut dan mendukung apapun keputusan saya (selama itu di jalan yang benar dan tidak membahayakan diri sendiri/orang lain).
Bapak, yang walaupun ketika di rumah jarang berkomentar, tapi selalu menemukan kata untuk membuat anak sulungnya ini tersadar untuk terus belajar bersyukur. Ketika saya mengeluh dengan kejenuhan di tempat kerja, Bapak bilang "Teh, anu namina damel mah nya kitu, teu aya anu raos, jenuh, hoream. Tapi moal pami tos kenging gaji mah gera. Syukuri we, keun da proses". (Teh, yang namanya kerja ya seperti itu, gak ada yang enak, jenuh, malas. Tapi kalau sudah dapat gaji tidak akan merasa seperti itu. Syukuri saja, namanya juga proses). Membaca kata-kata Bapak mampu membuat adem hati yang sedang bergejolah karena tidak betah :-D , walaupun terkadang ketika di tempat kerja tiba-tiba datang tuh perasaan gak betah.

Jepih, selalu memiliki waktu dan siap untuk menjadi sandaran saat kegordatan itu muncul (maaf ya Jep, hehe). Dia juga selalu bisa membuat tersenyum bahkan ketawa saat saya menangis. Saat saya ngeluh tidak mau berangkat kerja, ia menemukan cara untuk membuatku luluh dan akhirnya berangkat juga kerja. Ia selalu mengingatkan, "Godaan saat bekerja itu yaa seperti itu, malas, pengen tidur, pengen di rumah aja. Tapi jangan biarkan perasaan itu menguasai, lawan dan segera bergerak. Jangan hanya memikirkan perasaan dan keinginan sendiri, tapi pikirkan orang-orang di sekitar. Bukannya kamu ingin menyekolahkan ade-ade kamu? Ingin bisa memberikan sesuatu untuk mamah dan bapak? ingin mandiri dan tidak minta lagi sama orangtua?. Masa kalah sama malas". Kembali nyeesss tuh hati denger kata-katanya.

Mami, yang siap support segalanya dengan kelembuatannya tapi terkadang terasa sedikit keras (seperti yang tega) tapi sebenarnya itu cara beliau untuk membuat saya mandiri. Saat saya mengeluh gajinya belum bisa mencukupi untuk kebutuhan saya satu bulan, Mami mengingatkan, "Mami mah dulu gaji pertama hanya 75 ribu satu bulan dan itu hampir habis untuk bayar kos. Ingin gaji sebesar gaji N sekarang itu harus kerja puluhan tahun dahulu. Jalani saja dulu yang ada sambil mencari yang lebih baik, yakin saja (sholat, puasa dan uasahanya ditambah) Alloh pasti memberi jalan yang terbaik menurut-Nya".

Mpush, sahabatku yang selalu siap mendengar dan membaca semua keluh kesahku. Terima kasih Push, jadi plong kalau abis menjadikanmu sebagai media katarsis :-D.

Semua keluh kesah, support dari orang-orang terkasih dari awal masuk kerja sampai saat ini (10 April 2014) telah membuatku banyak belajar untuk mengerti bagaimana berperang melawan diri sendiri, bagaimana meluruskan niat, bagaimana untuk terus bersyukur, terus mendekatkan diri kepada-Nya karena bagaimanapun hanya Alloh yang mampu memberi segalanya. Tentunya dengan terus berusaha dan berdo'a semoga segera dipertemukan dengan pekerjaan yang klop segalanya :-D Aamiin.

"Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang akan kamu dustakan?"

Terima kasih Yaa Alloh, Engkau telah menganugerahkan kepadaku orang-orang hebat.

Love U Mamah . . .
Love U Adeung . . .
Love U Bapak . . .
Love U Apa . . .
Love U Jepih . . .
Love U Mami . . .
Love U Mpush . . .


U're My Everything


Kamis, 12 Desember 2013

Kutak-ketik pertama J

Jumat, 13 Desember 2013 (06:05) *Di teras depan rumah

Kemarin siang sekitar pukul 14.30 saya membaca blog seorang ibu muda yang mampu membuat saya tertarik untuk mencoba membuat blog juga *Walaupun belum tahu ini blog mau diisi apa karena saya cukup sadar diri tentang kemampuan saya dalam merangkai kata :-D.

Setelah selesai membaca blog tersebut saya putuskanlah untuk membuat blog jemihjepih.blogspot.com ini. Saking semangatnya karena punya blog baru, saat matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya pun saya sudah nongkrong di depan Onyoy (*nama notebook kesayangan).
Saat ini saya putuskan untuk menulis tentang MIMPI (keinginan untuk mengisi blog baru muncul tapi tidak ada inspirasi dan akhirnya teringat kepada coretan-coretan harapan yang selalu saya buat).

Dari zaman saya SMA dulu begitu banyak yang membahas tentang impian. “Tuliskan impianmu karena satu persatu tulisan-tulisan tersebut hanya akan menjadi sebuah coretan di atas kertas karena tulisan itu telah tercapai dan telah tertulis di alam nyata”. “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” (Kalimat sakti yang saya kutip dari sebuah Novel yang berjudul Sang Pemimpi karya Andrea Hirata). Dari kata-kata itulah saya terbiasa membuat catatan-catatan harapan, target, mimpi atau apalah istilahnya yang harus saya capai di masa depan. Tapi ada satu hal yang saya lupa (dari semenjak SMA lupa dan baru ngeuh sekarang, lupa macam apa itu ya? J) bahwa ketika kita menuliskan mimpi, tulislah secara spesifik. Mengapa demikian? Saya mempunyai 3 mimpi yang membuat saya sadar bahwa kita harus menuliskan mimpi dengan kesungguhan (walaupun semuanya tidak terlepas dari Sang Maha Pengatur dan Sang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita) tapi kita sebagai manusia tentunya harus melakukan sebaik-baiknya apa yang kita bisa lakukan.

Hal pertama yang belakangan ini membuat saya tersadar tentang mimpi itu adalah: dulu saya menuliskan “Saya ingin kuliah di PTN dan mengambil Jurusan Psikologi”. Saya lupa kalau PTN di Indonesia itu banyak, jurusan Psikologi di PTN juga banyak. Yang saya inginkan saat itu adalah Fakultas Psikologi UGM, tapi saya tuliskan secara umum, hanya PTN saja. Dan akhirnya mimpi yang saya tulis “Saya ingin kuliah di PTN dan mengambil Jurusan Psikologi” itu tercapai. Betul saya kuliah di PTN (UIN SGD Bandung) dan betul pula saya berada di Fakultas Psikologi, tapi tidak sesuai dengan harapan saya semenjak kelas XI dulu (walaupun pada akhirnya saya sangat bersyukur menjadi bagian dari Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung, menjadi bagian dari Psychobee 09 tercinta dan menjadi anak didik dari dosen-dosen yang kami banggakan. Mungkin kalau di PT lain saya tidak akan merasakan hal seperti ini, terima kasih untuk semua. Alloh Maha Tahu yang hamba-Nya butuhkan).

Kedua, hal yang saya tuliskan dan itu menjadi kenyataan yaitu ‘masa istirahat’ setelah kelulusan. Dulu saat awal perkuliahan, di Fakultas diadakan pertemuan untuk para orangtua. Disitu orangtua diberikan pengetahuan mengenai Fakultas Psikologi dan prspek ke depannya. Setelah pertemuan itu para orangtua dibagi kuesioner seputar harapan studi anaknya, disamping itu para mahasiswanya pun ikut dibagi. Waktu itu dalam kuesioner tersebut ada beberapa pertanyaan tetapi yang saya ingat ada tentang masa studi, IPK serta ‘masa istirahat’ pasca kelulusan. Masa studi saya mengisi kurang dari 4 tahun (Alhamdulillah tercapai, walaupun kurang 2 bulan menuju 4 tahun tapi yaa setidaknya kuranglah yaa). IPK saya mengisi 3,8 (ini yang tidak tercapai, mungkin usaha sama do’anya kurang kali yaa), dan hal yang ketiga yaitu tentang ‘masa istirahat’ pasca kelulusan yang membuat saya tersadar kembali. Waktu itu saya mengisi 6 bulan berhenti dahulu (maksimal tidak bekerja) pasca kelulusan. Dan WOOOOOww sekali, Subhanalloh (belajar berhati-hati dalam menuliskan sesuatu) hal itu terjadi saat ini. Pasca kelulusan bulan Juni lalu hingga saat ini saya belum menemukan tempat yang cocok untuk mengamalkan apa yang telah saya peroleh di perkuliahan (mungkin belum waktunya atau mungkin-mungkin yang lainnya kali yaa), tapi hal tersebut membuat saya semakin sadar.

Ketiga, semester 7 kemarin saya menuliskan “Ingin lulus bulan April 2013, masa studi 3,10 bulan”. Tahukah kawan, saya menuliskan lulus bulan April 2013 itu harusnya masa studi 3,8 bulan bukan 3,10 bulan. Tetapi saya menuliskan 3,10 bulan dan sayangnya yang terpatri adalah 3,10 bulannya itu, bukan bulan Aprilnya. Akhirnya luluslah saya di bulan Juni dengan masa studi 3,10 bulan, tepatnya 27 Juni 2013.

Dari ketiga hal inilah saya tersadar bahwa ketika menuliskan mimpi, harapan ataupun target yang akan kita capai, usahakan menuliskannya secara spesifik, karena dari hal tersebut membantu kita untuk melangkah meraih tulisan-tulisan tersebut menjadi kenyataan. Tentunya jangan lupa diiringi DUIT (Do’a, Usaha, Iman dan Tawakkal).


Sumber gambar: 
https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&docid=dXDJzJHtnQCxUM&tbnid=_em8Qu7cDGqiHM:&ved=0CAUQjRw&url=http%3A%2F%2Fwww.citraislam.com%2F%3Fattachment_id%3D195&ei=-ESqUorpFMv5lAXwq4HAAw&bvm=bv.57967247,d.dGI&psig=AFQjCNEHWUdKotRM402DV21yPwglw8ToDw&ust=1386976756248818